Rabu, 17 November 2010

Cegah Penyakit, DMC DD Bakar Sapi di Zona Merah Merapi

Yogyakarta – Untuk mencegah merebaknya berbagai macam penyakit, Tim Evakuasi Posko Induk DD bersama warga di kawasan Balerante mulai bergerak untuk membakar bangkai-bangkai ternak sapi yang banyak bergelimpangan mati pasca diiserbu awan panas. Ternak-ternak ini - yang sebagian besar gosong dikulit luar namun busuk didalamnya - menebarkan bau yang sangat tajam dan mulai dikerubuti banyak lalat.

Dikhawatirkan, lalat-lalat ini akan membawa bakteri yang nantinya menyebar ke segala penjuru, menimbulkan berbagai macam penyakit. Tim dari Posko Induk DD bersama warga melengkapi diri dengan membawa BBM (bensin) dan menggunakan kayu bakar sisa reruntuhan rumah untuk membakar bangkai-bangkai sapi yang biasanya terkubur di bawah reruntuhan rumah. “Biar tidak sampai berkembang biak penyakit” terang Koordinator Lapangan Posko Induk DD, Afthon.

Kedepan, target pembakaran bangkai sapi ini akan dilaksanakan menyeluruh di seluruh wilayah yang terkena dampak musibah erupsi Merapi, seperti di wilayah Magelang, Boyolali, Klaten dan di dusun-dusun teratas yang dekat dengan puncak Merapi. Seperti diketahui, hingga hari ini, dusun-dusun yang berada di dekat puncak Merapi belum sepenuhnya terjamah, dan disana masih banyak terkubur bangkai-bangkai sapi milik warga. [akh/ Mas Meng]

Fotografer: Mas Meng
Reporter: Akhsin Muamar

Senin, 15 November 2010

Situation Report (Sitrep) program DD di Merapi, 141110





1. Program Lansia
Pemenuhan gizi lansia,pemeriksaan kesehatan bersama LKC. Ada 4 lansia yang tinggal di posko. Sekarang tinggal dua orang (pratiwi dan Mujiyem) yang pulang namanya mbah Harjo sama Nyonya Harjo. Mereka pulang ke daerah Ngemplak umbulmartani ke rumah anaknya. Kedua lansia yang tinggal di posko mengalami batuk-batuk tapi sudah ditangani oleh dokter yang ada.
Planning hari ini, mau ajak perawat dari UGM untuk buat posko posyandu di UIN dan Maguwoharjo untuk lansia.

2. Medis
Pemindahan rumah sakit lapangan sedikit ruwet sehingga penyesuaian tempat dan bagian HUMAS belum berfungsi dengan baik. Untuk pasien yang datang hanya pemeriksaan kesehatan (check-up) belum banyak yang minta untuk rawat inap. Masih berlangsung untuk merapikan manajemen rumah sakit. Sudah adapasien yang meminta untuk rawat inap. Tim medis biasa melakukan evaluasi pribadi jam tujuh malam sebelum evaluasi general bersama kegiatan yang lain.

3. Sekolah Ceria
Secara umum, teman-taman yang mengkoordinir sekolah ceria adalah kebanyakan dari ETOS dan ETOSER. Karena minggu ini sudah mulai masuk dan ujian kuliah, mereka sedikit ada kendala untuk tetap menemani sekolah ceria sehingga harus ada perekrutan ulang. Teman-teman sekolah ceria sudah survey tempat baru untuk melaksanakan program yaitu di daerah Mertoyudan(120 anak), Prambanan(50 anak) dan Salam(80 anak). Rencananya 6 posko yang siap dijalankan sehingga membutuhkan sedikitnya 30 orang relawan baru.

4. Rumbamilsu (Rumah balita, ibu hamil dan menyusui)
Karena ada pergantian personil maka kami melakukan pendataan dan pemenuhan logistik juga berkoordinasi dengan kawan-kawan yang ada di UIN. Kegiatan yang dilakukan adalah:
- Pembuatan kesepakatan dengan tim pendamping UIN.
- Ada tim KSR yang UIN yang datang untukpemeriksaan medis 2 hari sekali.
- Kebutuhan logistik pengungsi sepenuhnya dikelola oleh UIN.
- Pengambilan barang bantuan dari posko Dompet Dhuafa
- Distribusi barang bantuan di rumbamil.

5. Tim ternak
Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang turut membantu pengadaan kegiatan evakuasi dan penyediaan tempat untuk perlindungan ternak yang sudah dievakuasi.

6. Logistik
Logistik keluar :
- Muntilan.
- Tempel.
- Selo.
- Boyolali.
- Magelang.
- Klaten.
Logistik masuk :
- Belanjaan dengan dana dari Dompet Dhuafa Jogja.
- Susu dan air mineral dari Dompet Dhuafa jakarta.

7. Tim mekanik
Sudah ada selama lima hari. Untuk mekanik HP, sudah ada 90 HP.untuk hari ini ada 11 HP yang diperbaiki. Personil yang ada adalah Isro, reza, rizki, andi, priyono dan tyo.
Untuk mekanik motor, motor yang diperbaiki hari ini ada 25 motor dengan penggunan. Institut kemandirian : Pardiman, Susidarto, Jatenra panggabean.
Kendala untuk dua mekanik ini adalah ada banyak sparepart yang harus diganti sangat mahal. Untuk motor hanya service tidak dengan ganti oli. Sehingga ada beberapa yang bawa oli sendiri dan melakukan penydiganti di posko pelayanan kita.

8. Tim evakuasi
Perakitan perangkat radio RIG, berkoordinasi dengan jaringan radio yang memantau kegiatan merapi.

Selasa, 09 November 2010

RELAWAN-lah PAHLAWAN Kami






Pahlawan adalah mereka yang memberikan kebebasannya untuk orang lain. Sengaja mengambil waktu santainya untuk diwakafkan kepada orang lain. Membelanjakan hak miliknya untuk menebus senyum ceria orang yang susah. Dan yang masih basah kubur dan nisannya, mereka menjaga logistik dan mengevakuasi korban walaupun harus menjadi korban.

Kepada mereka, atas nama perjuangan, kami sematkan penghargaan tertinggi kami. Dan gelar PAHLAWAN, tanpa kepentingan politik dan pragmatis, adalah hak buat mereka. Selamat untuk seluruh Relawan, Anda adalah PAHLAWAN kami.

Jumat, 05 November 2010

MERAPI 30 Okt - 1 Nov 2010




DINAMIKA POSKO DD JELANG LETUSAN MERAPI 4 Nov 2010


SITUASI
1. Keadaan sudah dari dini hari tanggal 04 nov 2010 terjadi gemuruh yang terdengar dari posko kita.

2. Gemuruh semakin sering terdengar di siang hari.

3. Sore hari dari arah utara puncak merapi kami bisa melihat dengan jelas aktifitas merapi yang meningkat. Dimulai dari kepulan awan debu yang membumbung tinggi bertiup dari arah barat ke selatan dan letupan-letupan kecil di bibir kawah Merapi.

4. Pukul 00.00 menjelang hari jum’at hingga siang hari kami mengevakuasi para relawan dan logistic yang ada karena aktivitas merapi sudah benar-benar tidak bersahabat.

5. Pukul 02.00 jum’at pagi kami tiba di posko baru dan sebagian relawan kembali ke posko atas untuk evakuasi warga.


KONDISI TERKINI

Evaluasi
Rabu, 04 November 2010

1. Team survey masih tidak dapat bergerak karena personil yang ada sedang ada keperluan (teman-teman Mapalaska menjalanan ujian)

2. Medis
Tujuan: melakukan pelayanan kesehatan di posko yang sudah ditentukan.
Target: penyuluhan hidup sehat di pengungsian.
Hasil: banyak warga yang memang meminta penyuluhan selanjutnya.
3. Sekolah Ceria
Team Sekolah Ceria fokus di darah Srumbung dengan tambahan personi dari teman-teman UI.

4. Daerah Selo desa Palalongan, Boyolali.
Tujuan :
- Survey keadaan pengungsi yang belum tertangani oleh pihak manapun.
- Pemberian logistik untuk membantu pengungsi yang ada.

Target :
- Pemberian logistik
- Pengkondisian pengungsi untuk hari berikutnya

Hasil :
- Pengungsi masih dalam keadaan baik namun was-was karena kegiatan merapi yang smakin meningkat.
- Menunggu kabar dari pihak tetua desa untuk pengkondisian warga di sana.

Rekomendasi:

- Segera dilakukan evakuasi secepatnya karena aktivitas merapi meningkat.
Kebutuhan yang sudah diterima : bahan makanan, selimt dan kebutuhan lainnya.
Organisasi lain yang sudah ada:
Belum ada pihak yang datang ke selo

5. Logistik
Menyalurkan ke logistik yang ada ke posko yang didatangi.

Rabu, 20 Oktober 2010

DMC Dompet Dhuafa “Sigap Merapi”


Yogyakarta (20/10) Sebagai ujung tombak pengelolaan situasi kebencanaan Dompet Dhuafa, Disaster Management Centre (DMC) telah melakukan pemutakhiran kondisi Gunung Merapi.

Dari pantauan Data siesmograf hingga kini gempa di Merapi terus mengalami peningkatan. Gempa multifase dalam sehari bisa terjadi hingga 300 kali. Gempa multifase terjadi karena gempa vulkanik baik dalam maupun dangkal yang kuat terus terjadi sehingga di kubah lava mengalami kegempaan.

Dilaporkan pula, gejala alamiah sudah mulai menampakkan tanda-tanda aktifitas Merapi yang kian meningkat, di antaranya telah ditemukan hewan sejenis rusa yang mulai turun dikawasan kecamatan srumbung. “saya dapat khabar dari teman-teman yang pernah menjalankan program DD di Srumbung, rusa sudah mulai turun.”tutur Anto Koordinator DD Yogyakarta saat dihubungi via telpon pagi tadi (20/10).

DMC-DD telah mempersiapkan posko “Sigap Merapi” di Kecamatan Pakem sekitar kampus UII Kaliurang Yogyakarta. Posko tersebut berfungsi sebagai posko utama yang bersiaga manakala Merapi beraksi memuntahkan laharnya. Posko ini berdekatan dengan rencana lokasi pengungsian yang telah dipersiapkan oleh tim PB Kesbanglinmas Sleman.

Kini DMC-DD tengah mempersiapkan posko satelit berlokasi di BMT Al Ghifari Dusun Palem Argobinangun Pakem Sleman yang merupakan mitra Dompet Dhuafa Yogyakarta.

Cp. Iman Surahman
Head Division Response and Networking
0816 11 55 336

Selasa, 19 Oktober 2010

Penerima Beasiswa DD, Sumbang Sistem Pemilu Murah utk Indonesia

SELAMAT TINGGAL COBLOS

MASIH ingat betapa repotnya ketika berada di tempat pemungutan suara saat pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah pada 2009? Kita mesti membuka kertas suara selebar kertas koran dan mesti melihat wajah ratusan orang sebelum memutuskan memilih. Setelah memilih, butuh usaha keras untuk melipat agar lembaran itu bisa masuk kotak suara. Dan setelah itu giliran panitia yang bekerja keras menghitung hasilnya, kadang sampai lewat tengah malam.

Pemilihan umum empat tahun lagi, mungkin, bakal jauh lebih sederhana dengan bantuan komputer. Kita tinggal datang ke tempat pemungutan suara, mencari calon pilihan di layar komputer, dan menyentuhkan jari ke layar monitor di foto pilihan kita. Panitia tinggal leha-leha saja, tak perlu menghitung, dan malamnya kita sudah tahu hasil resmi perhitungan nasional. Bukan hasil quick count yang sekarang trendi itu.

Kesederhanaan dan kecepatan muncul jika Komisi Pemilihan Umum menggunakan konsep pemilihan umum elektronik (e-voting) buatan seorang mahasiswa Universitas Indonesia, Salman Salsabila. Konsep ini dua pekan lalu berhasil menang dalam lomba rancangan e-voting yang digelar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, dengan menyisihkan puluhan desain lain. "Desain ini menang karena komprehensif dan sudah memperhitungkan kondisi negara kita," kata Kepala BPPT sekaligus pemimpin juri lomba, Marzan A. Iskandar.

Salman, yang tahun lalu bergabung dalam tim Universitas Indonesia yang masuk lima besar kompetisi aplikasi tingkat mahasiswa gelaran Microsoft, Imagine Cup, di Kairo, Mesir, merancang mesin yang sangat murah. Dalam rancangannya, mesin yang sanggup melayani tiga pemilih bersamaan di satu TPS itu hanya berharga sekitar Rp 8 juta. Jika hanya satu mesin untuk satu pemilih, harganya cuma separuhnya.

Harga itu jauh lebih murah ketimbang alat e-voting di Amerika Serikat, yang mencapai Rp 30-an juta. Dibanding mesin e-voting yang dipakai di Jembrana, Bali-satu-satunya tempat di Indonesia yang menerapkan e-voting, yakni dalam pemilihan kepala dusun-juga masih lebih murah. Di Jembrana, pemenang lomba yang sama tapi kategori institusi, untuk satu TPS yang bisa melayani dua pemilih sekaligus, mesinnya seharga Rp 15 juta.

Memang, dibanding peralatan yang dipakai India, mesin rancangan Salman lebih mahal. Tapi mesin yang dipakai di India memiliki kelemahan, satu mesin hanya bisa memuat 16 nama. "Sedangkan di Indonesia ada 44 partai, termasuk yang di Aceh," kata Salman. Padahal satu partai kadang mencantumkan belasan nama, sehingga ada ratusan orang.

Untuk menekan harga, Salman memakai komputer dengan spesifikasi yang secukupnya, tidak perlu dengan prosesor dahsyat. Ia menggunakan prosesor ARM920T, yang kadang dipakai ponsel cerdas. Ia tidak menggunakan prosesor Pentium Duo, misalnya. "Karena ini tidak untuk aplikasi yang berat seperti Photoshop, tapi hanya untuk satu aplikasi," kata Salman. Program grafis seperti Photoshop memang membutuhkan prosesor yang besar dan kuat.

Harga juga ditekan dari sisi monitor LCD. Ia memilih LCD "telanjang", yang bagian belakangnya tidak ditutupi, sehingga jauh lebih murah. Alasannya sederhana: nantinya bagian belakang itu akan ditutup dengan casing yang ia perkirakan-berdasarkan harga casing standar komputer-sekitar Rp 200 ribu.

Meski murah, set komputer untuk tempat pemungutan suara itu cukup lengkap. Setelah menyentuh calon favoritnya di layar monitor-tidak lagi mencoblos-pemilih akan mendapat "struk" yang berisi pilihannya. Struk ini untuk memastikan bahwa pilihan kita tidak diubah oleh komputer. Struk ini dibuat karena masalah sosial. "Kalau kita sudah percaya dengan sistem ini, tidak perlu sebenarnya struk seperti itu," kata Sukrisno Mardiyanto, ahli informatika ITB yang juga menjadi juri.

Dalam struk juga disertakan kode QR, semacam barcode, agar tidak dipalsukan. Struk hasil suara ini kemudian dimasukkan ke kotak suara seperti dalam pemilihan konvensional. Kotak suara ini untuk jaga-jaga: jika ada yang tak puas dengan hasil perhitungan komputer, bisa dihitung manual. Bila semua puas, kotak itu cukup disimpan.

Komputer juga akan mengirim hasil suara ke server pusat di tingkat nasional lewat Internet. Agar tidak kebobolan di tengah jalan, data disandikan. Di server pusat, data bisa dilihat lewat Internet melalui jalur terbuka, dan masyarakat bisa melihat hasilnya secara langsung.

Dalam komputer rancangan Salman, seperti dalam pemilihan kepala dusun di Jembrana, warga mesti memiliki kartu tanda penduduk elektronik. Kartu ini menjadi pengganti kartu pemilih. "KTP elektronik itu prasyarat," kata Marzan. KTP elektronik itu yang menyebabkan apakah Pemilihan Umum 2014 bakal menggunakan e-voting atau tidak masih terganjal.

Jika benar menggunakan e-voting, untuk pengadaan tentu saja KPU bakal mengadakan tender. Rancangan Salman, kata Marzan, bisa membantu memperkirakan biaya dan spesifikasi yang akan dipakai. Sesudah tender, tentu, mesin akan didistribusikan ke seluruh pelosok Indonesia, dan kita tidak perlu mencoblos lagi.

Nur Khoiri

Minggu, 17 Oktober 2010

Banjir Wasior: Mayat Wasior, Kini Bernafas di Jakarta


JAKARTA - Enam kursi pesawat harus dibongkar kemudian dipasangi tempat tidur untuk membawa Lisa Auparay, 20 tahun, korban banjir Wasior, dari Manokwari ke Jakarta. Lisa dirujuk Tim Dokter RSUD Manokwari ke Jakarta bersama Tim Sigab (aksi tanggap bencana) LKC Dompet Dhuafa Roby Suryadi ke RSCM dikarenakan keterbatasan tim medis dan alat kesehatan di RSUD Manokwari.
Pasien Lisa mengalami patah tulang bahu, luka menganga di kepala sehingga terlihat sebagian isi dalam kepala dan begitu juga ditemukan luka lebar di kaki kanannya.

Berangkat dari Manokwari pukul 13.00 WIT sampai di IGD RSCM 20.00 WIB. Pesawat sempat transit di Makasar selama 2 jam. Proses pemberangkatan dari Manokwari sampai Bandara Soekarno-Hatta (Soeta) tidak menemui masalah berarti. Hanya saja sesampai di Bandara Soeta untuk mendapatkan izin ambulance dalam penjemputan Lisa sedikit terkendala, agaknya administrasi tidak begitu peduli dengan kondisi pasien yang harus segera mendapat pelayanan kesehatan lanjutan di RSCM.

Menurut petugas bandara, hanya ambulance bandara saja yang bisa masuk sampai ke pesawat parkir, untuk ini Ambulance LKC harus standby di Centra Medika Bandara. Biaya pengambilan pasien dari pesawat dengan ambulance bandara tersebut, LKC dimintakan pembayaran Rp300.000,- dari tawar-menawar akhirnya disepakati Rp.200.000.
Alhamdulillah, setelah pembayaran selesai, pasien segera dilarikan oleh Ambulance LKC yang disupiri Nurrahim ke RSCM dengan kecepatan penuh. Sesampai di RSCM tim dokter IGD sudah standby dan langsung memberikan tindakan selain pemeriksaan pisik dilakukan juga biopsi dan pemeriksaan di radiologi, baik rongent maupun CT Scan. Proses pemeriksaan berlangsung pukul 20.00 WIB s.d 3.59 WIB, setelah itu pasien diinapkan di Irna Gedung A, kamar 510.

Kantong Mayat

Tak ada yang menyangka Lisa masih diberikan kesempatan hidup oleh Yang Maha Kuasa. Padahal ketika evakuasi terhadap korban bencana Wasior, Senin (4/10), Lisa sudah sempat diduga mati. Ia ditemukan tidak jauh dari bekas rumahnya oleh tim sar dalam kondisi kepala kejepit batu dan tubuh tertimbun lumpur. Setelah ia dimasukkan kantong mayat kemudian Lisa di bawa ke pelabuhan Wasior di mana mayat-mayat yang korban bencana itu dikumpulkan. Ketika menaruh kantong itulah Lisa bergerak dan berteriak sakit.

"Saya sadar dan tahu saya dimasukkan ke kantong mayat, tapi suara saya tak keluar karena saya tidak bisa menggerakan kepala saya. Ketika ditaruh di antara korban lain, saya merasa sakit karena tulang saya yang patah terasa bergeser. Lalu saya menggerakkan kaki serta berteriak semampu saya," cerita Lisa kepada lkc.or.id di RSCM, Minggu Malam (17/10/10).

Mengetahui Lisa masih hidup Tim Sar langsung mengontak helikopter dan melarikan Lisa ke RSUD Manokwari untuk mendapatkan pertolongan pertama. Di rumah sakit inilah Lisa bertemu dengan Tim Medis LKC, Roby Suryadi. Setelah berkoordinasi dengan tim medis di RSUD Manokwari akhirnya diputuskan untuk merujuk Lisa ke Jakarta, karena didiagnosa banyak luka spesifik karena benturan di saat terseret banjir.

Menurut Roby, sebenarnya rujukan ke RSCM ini sudah keluar tanggal 8 Oktober 2010, tapi karena alotnya urusan pesawat yang mau membawa pasien ke Jakarta akhirnya pemberangkatan tertunda hingga 18 Oktober 2010. "Syukurlah Merpati Air Lines mau membawa Lisa meski membongkar 6 bangkunya," kata Roby. "Untuk ini kepada Merpati kami haturkan terimakasih."

Bertahan

Menurut cerita Lisa, ketika banjir datang ia sedang berada di belakang rumah. Ia melihat sendiri dari kejauhan ada air bah datang setinggi pohon. Ia berteriak meminta kakak iparnya untuk membawa 3 ponakannya yang ada di dalam rumah untuk menyelamatkan dirinya. Mereka berhasil terhindar dari bencana itu. Hanya saja giliran Lisa ketika berupaya lari, air bah itu datang dan menyeret dia serta rumahnya.

"Aku tersangkut di pohon. Tapi tidak lama banjirnya malah lebih tinggi dari pohon itu. Saya terseret lagi, rumah tetangga yang hanyut menghantam saya, atap sengnya menggesek kepala saya dan membuat kepala saya luka sampai tulang tengkorak. Saya terus terseret dan tidak lama kepala saya sudah berada di antara dua batu," tutur Lisa.

Di dalam air yang bercampur lumpur, lanjutnya, ia berusaha untuk bertahan. Syukur ada rongga batu yang menjepit kepalanya tidak digenangi air, hal itu membuat ia masih bisa bernapas. Saat itu sudah merasakan kakinya luka, tangannya kejepit dan tulang bahunya patah. Kepalanya terus basah karena darah. Barulah sorenya ia dievakuasi, itupun dimasukkan ke dalam kantong mayat.

Sejak terjadinya banjir hingga ia berada di RSCM, ia sadar dan tidak pernah pingsan serta tidak pula muntah-muntah. Hanya saja tubuhnya tak bisa bergerak, kalau bergeser sedikit ia terasa sakit.

Menurut dokter jaga IGD RSCM, secara umum Lisa tidak ada gangguan berarti di bagian dalam, yang berbahaya hanya infeksi lukanya yang sudah bernanah di kepala. Dijadwalkan akhir pekan ini Lisa akan menjalani beberapa operasi untuk recovery. -LKC/Maifil

Jumat, 15 Oktober 2010

Banjir Wasior: DD bangun Hunian Sementara (Huntara)


REPUBLIKA.CO.ID,WASIOR--Dompet Dhuafa berencana membangun rumah hunian sementara di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Rumah tersebut sebagian besar ditujukan kepada umat muslim korban banjir bandang di daerah tersebut.

''Kita mulai dengan 100 unit dulu,'' ujar Kordinator Disaster Response, Dompet Dhuafa, Iman Surahman, ketika bertemu langsung dengan para korban di Masjid Agung Al Falah Wasior, Kamis (14/10).

Rumah tersebut akan disesuaikan dengan material yang mudah didapatkan di daerah Wasior atau daerah sekitar. Tapi sebagai rujukan, rumah tersebut akan mirip dengan rumah hunian sementara korban gempa Sumatera Barat. Luasnya sekitar 3x6 meter dengan tiang kayu, dinding tripleks, dan bagian bawahnya papan. ''Kalau dengan yang seperti ini, kita buatnya bisa hanya seminggu,'' kata Iman.

Rumah-rumah ini dibangun sebagai upaya untuk meringankan beban korban banjir bandang. Sementara pemerintah masih belum memastikan adanya relokasi untuk para korban. Rumah itu juga diharapkan dapat mengembalikan privasi dari sebuah keluarga. Menanggapi usulan tersebut, tokoh masyarakat sekaligus anggota DPRD Kabupaten Teluk Wondama, Arwin, akan mencoba mencari lahan yang cocok di sekitar lokasi bencana. ''Masalah disini itu lahannya, masih banyak tanah hak ulayat''" ujarnya.

Untuk mengurus izin menggunakan tanah hak ulayat sangat sulit, dan pasti harus mengeluarkan biaya besar. Oleh karena itu, untuk pembangunan rumah hunian sementara ini, dia berusaha berkordinasi dengan tokoh-tokoh muslim di daerah Wasior. Diharapkan mereka bisa meminjamkan tanahnya.

Selain mengupayakan 100 unit rumah hunian sementara. Dompet Dhuafa juga akan mencoba menyumbangkan sapi dan kambing untuk Idul Adha mendatang.

Red: Budi Raharjo

Rabu, 13 Oktober 2010

DMC DD - Senyum untuk Pengungsi Manokwari

DMC DOMPET DHUAFA MENDISTRIBUSIKAN SELIMUT BAYI DAN ALAT MASAK BAGI KORBAN WASIOR

Manokwari (14/10), Memasuki hari ke-9 para pengungsi korban banjir bandang Wasior masih disibukkan dengan urusan pendistribusian logistik berupa makanan dari pemerintah. Menyusul evakuasi besar-besaran dari lokasi bencana dengan menumpang Kapal Nggapulu beberapa waktu yang lalu (10/10).
Pengungsi tak kurang dari 4.000 jiwa kini ditampung di 2 lokasi berbeda. Menempati lapangan Kodim 1703 Manokwari dan lainnya berada di Balai Latihan Kerja (BLK) Perhutani Manokwari. Kondisi pengungsian masih belum tertata dengan baik, terlihat jelas sampah-sampah berserakan di sekitarnya, MCK sangat minim, kondisi para bayi memerihatinkan karena perlengkapan yang di bawa para ibu seadanya dan anak-anak masih nampak depresi, nampak sekali dari gerak tubuh mereka yang terlihat murung dan kaku. Pasokan bahan makanan kelihatan tak dapat diolah menjadi makanan siap saji lantaran tak ada perlengkapan memasak dan makan yang memadai.

Hingga tadi malam (13/10) Dompet Dhuafa telah mendistribusikan 84 helai selimut bayi dengan cara “hunting” para ibu yang tengah tidur berdampingan dengan bayinya dalam kondisi seadanya.”Semalam para relawan kita memburu para bayi dan balita yang tidur dengan kondisi seadanya”. Papar Iman Surahman Kepala Divisi Respon DMC-DD yang berada di lokasi. Untuk membantu mengolah bahan makanan yang tersedia juga telah didistribusikan 500 paket alat masak yang terdiri dari kompor, panci, wajan dan sodetnya serta alat makan dan minumnya. Pada hari ini (14/10) akan dibuatkan Dapur Umum bersama yang dapat digunakan untuk kegiatan memasak para pengungsi.

Untuk menjaga lingkungan pengungsi yang bersih DD telah menyiapkan 50 tong sampah berikut polybagnya yang ditempat diberbagai titik di lokasi pengungsian.
Sementara itu program recovery mental yang bertajuk “Sekolah Ceria” bagi anak-anak terus berlanjut di 2 lokasi pengungsian yang berbeda, melibatkan relawan dari KAMMI dan HMI setempat.

​Sebanyak 200 anak ikut terlibat dalam program ini. Recovery mental dilakukan bertujuan untuk membebaskan korban bencana dari kalangan anak-anak agar terbebas dari depresi dan trauma (trauma healing). Metode yang dilakukan berupa menggambar, mewarnai, dongeng, gerak dan lagu, games dan bermain peran (role playing).

Selasa, 12 Oktober 2010

Bencana Wasior: DD mulai MENTAL RECOVERY

TIM KE 2 DMC-DD telah memulai PROGRAM RECOVERY BAGI PENGUNGSI

Tim Recovery bertugas melakukan Trauma Healing (penyembuhan luka mental akibat trauma) dan membangun Hunian Sementara (Huntara) bagi para korban Wasior agar dapat tinggal secara layak pasca bencana.

Di beberapa lokasi pengungsian Manokwari (12/10) dampak meluas korban banjir bandang wasior semakin terasa. Tak terkecuali ribuan anak-anak. Selain trauma akibat kejadian banjir bandang yang telah meluluh lantakkan kota Wasior (4/10) lalu, trauma anak-anak ini sepertinya tak kunjung usai. Pasalnya mereka juga harus diungsikan keluar dari tempat asalnya Wasior menuju Manokwari.

Situasi kepanikan saat berdesakan menuju Kapal Nggapulu yang mengangkut ribuan korban (10/10) lalu juga membuat kaum belia tentulah semakin depresi.

Sesaat setibanya ribuan pengungsi Wasior di Manokwari, Tim ke 2 DMC-DD telah bekerja menyelenggarakan Program Recovery untuk membantu anak-anak tersebut membebaskan diri dari segala perasaan depresi dan menyembuhkan luka mental (trauma healing) mereka.

Lokasi program recovery mental berada di sekitar pangkalan TNI AL yang berada di Manokwari."Kita akan melakukan recovery mental mereka menyesuaikan dengan kearifan lokal yang ada, seperti dongeng dan gerakan tubuh atau menari, metode lainnya juga akan kita kembangkan berdasarkan kondisi lapangan." Jelas Iman Surahman koordinator Tim recovery Wasior.

Di samping itu pula tim sedang melakukan asessmen untuk pembangunan Huntara yang akan siap dikerjakan mulai Jum'at (15/10) nanti."Jika semua berjalan lancar, Jum'at akan kita mulai Huntara." Iman menambahkan.

Senin, 20 September 2010

Gema Takbir di Kaki Gn Sinabung

Kabanjahe, KARO, SUMUT – Bulan puasa yang sudah berakhir menyisakan banyak kesedihan bagi warga muslim Karo, Sumatera Utara. Betapa tidak, di saat hendak berhari raya, mereka malah menjadi pengungsi karena meletusnya Gunung Sinabung. Untuk membahagiakan para pengungsi Bencana Gunung Sinabung di hari raya Idul Fitri, Dompet Dhuafa bersama aparat pemerintah setempat melaksanakan “Sholat Idul Fitri dan Tasyakuran Akbar” yang dilangsungkan pada Jum’at, 9 September 2010 di Gedung Serbaguna KNPI Kabanjahe. Acara tersebut dihadiri oleh Gubernur Sumatera Utara. Selain shalat bersama, juga dilakukan acara ramah tamah dan makan bersama para pengungsi.

Menurut GM Program Sosial Dompet Dhuafa Bambang Suherman, pihaknya menyiapkan ratusan paket alat sholat yang dibagikan untuk para jamaah. “Kami datangkan dari Jakarta, paket Mukena dan lain-lain, dibawa oleh Tim ke Kabanjahe dan didistribusikan kepada masyarakat pengungsi” ungkapnya. Lebih lanjut Bambang menandaskan bahwa momentum Idul Fitri ini adalah saat yang tepat untuk memberikan kebahagiaan kepada pengungsi pasca musibah yang menimpa mereka.


Sementara itu, Koordinator Acara Sholat Ied Sofa Qudus di Posko Dompet Dhuafa di Kabanjahe menyatakan kesiapannya menggelar acara besar ini. “Tim disini sedang mengupayakan segala sesuatunya dan optimis bisa terlaksana dengan sukses”. Tim Bencana Sinabung Dompet Dhuafa sudah bertugas selama 11 hari sejak letusan Gunung Sinabung yang pertama. Tim yang terdiri dari unsur LPM (Lembaga Pelayan Masyarakat), LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma), dan DMC (Disaster Management Center) setiap hari melayani ratusan pengungsi tanpa pandang bulu untuk kesehatan dan logistic.


Khusus untuk pengungsi Muslim, Tim DD telah membangun Posko-Posko Satelit (kecil) di sejumlah Jambur (Pos Pengungsian Besar). Layanan yang diberikan meliputi penyediaan menu buka puasa dan sahur, penyelenggaraan Sholat berjamaah, dan bimbingan keagamaan untuk dewasa dan anak-anak pengungsi yang dipandu oleh Ustadz-Ustadz mitra Dompet Dhuafa baik yang berasal dari lokal setempat (Kab. Karo) maupun yang didatangkan secara khusus dari Medan dan Jakarta.


Presiden Direktur DD Ismail A Said selaku Penanggung Jawab misi kemanusiaan mengatakan bahwa pelayanan Dompet Dhuafa adalah bersifat universal, karena DD adalah lembaga milik ummat. “Kita menolong tanpa pandang bulu, apapun latar belakangnya. Dengan cara ini, diharapkan tali silaturahmi dan persaudaraan akan bagus ditengah keberagaman agama atau suku” ungkapnya semalam, Selasa (7/9) dalam sebuah acara Dialog yang disiarkan pukul 21.30 di sebuah stasiun TV Swasta.


Dompet Dhuafa juga membuka Dompet Peduli Sinabung untuk memberi kesempatan pada masyarakat dari seluruh Indonesia beramal dan menyumbang. Tata cara menyumbang dapat dilihat melalui situs resmi Dompet Dhuafa www.dompetdhuafa.org atau melalui Call Center di (021) 741 6050. Tercatat dsmpsi saat ini, total bantuan yang dibawa oleh Tim DD ke Sinabung diluar operasional sudah mencapai lebih dari 300 juta rupiah. Tim DD bertugas tidak dibatasi hingga sampai benar-benar dinyatakan aman.

Rabu, 08 September 2010

SELAMAT 'IDUL FITRI 1431 H



DENGAN SEGENAP HATI KAMI MENGHATURKAN MOHON MAAF LAHIR BATIN, SEMOGA ALLAH MENGAMPUNI KELEMAHAN KITA DAN MEMBERKAHI KEHIDUPAN KITA... AMIN

DMC DD Bangkitkan Semangat Korban Banjir PAKISTAN










Bantuan logistik sebanyak 3000 tikar, 1800 susu kotak siap minum, chai (teh
susu) 2400kotak minuman has pakistan, biskuit 720 boks (per boks 48 buah ) 500
jeligen air, serta 500 perlengkapan masak telah didistribusikan di camp
pengungsian wilayah kotri propinsi syin dan naval coloni leary expres karachi.

yang unik dan menarik adalah semua bantuan dikawal dan didampingi oleh konjen
karachi bpk acting konjen Tri Gustono suprianto.

acara buka puasa bersama dengan para pengungsi di naval coloni leary expres
karachi juga berjalan dengan lancar, pak tri selaku konjen juga ikut hadir dan
buka puasa bersama.

bantuan buka puasa bersama selama di karachi berhasil memasak sebanyak 2000
bungkus perhari selama 3 hari berturut turut

Sabtu, 24 Juli 2010

Relawan Indonesia Bangun Sumber Air Bersih di Gaza


detikcom - Gaza, Tim Relawan Indonesia dari Dompet Dhuafa (DD) membangun tiga sumber air bersih di di Gaza, Palestina. Fasilitas senilai Rp 1 miliar tersebut diharapkan dapat beroperasi pada bulan Ramadhan mendatang dan dapat mengurangi ketergantungan warga terhadao Israel dalam pasokan air dan makanan.

General Manager Program Sosial DD, Bambang Suherman menyatakan, ketiga sarana air bersih itu masing-masing berkapasitas 80 ribu liter per jam. Fasilitas ini akan memberikan manfaat besar bagi upaya pemandirian warga.

Gaza hingga saat ini masih terus berjuang untuk memenuhi
kebutuhan dasar pangan mereka dari kemampuan mereka sendiri.

"Air bersih ini bermanfaat untuk mendukung upaya reviltalisasi kawasan perkebunan dan pertanian di Gaza sehingga warga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri," kata Bambang Suherman melalui telepon kepada detikcom di Medan, Sabtu (24/7/2010).

Disebutkan Bambang, hingga sekarang warga di sana masih berupaya
merevitalisasi lahan pertanian di bekas lahan lama yang dulu dihancurkan Israel. Rusaknya lahan pertanian ini membuat warga memiliki ketergantungan yang besar terhadap Israel untuk keperluan pangan, seperti sayur dan buah-buahan.

Areal pertanian yang rencananya akan direvitalisasi tersebut luasnya mencapai 1.500 ekar (atau sekitar 607 hektar) yang terpisah di beberapa tempat.

Untuk mendukung upaya tersebut, dibutuhkan sumber air yang cukup banyak. Saat ini hanya ada empat sumber air bersih yang mampu mengairi lahan seluas 400 ekar. Dua di antaranya berkapasitas 30 ribu liter per jam dan dua unit lagi berkapasitas besar 80 ribu liter per jam. Dengan adanya pembangunan tiga sarana air bersih yang bersumber dari donasi warga Indonesia itu, maka areal yang akan direvitalisasi bertambah.

"Mungkin bertambah sekitar 300 ekar atau sekitar 121 hektar. Tentu saja air tersebut juga bermanfaat bagi keperluan sehari-hari
keluarga-keluarga yang ada di Gaza," kata Bambang.

Ketiga sumber air bersih yang dibangun DD tersebut terletak di
Rafah-Gaza, berbatasan dengan daerah Khan Yunis. Menurut Bambang, di
kawasan ini masih terlihat bangunan-bangunan permanen bekas tempat
tinggal yang sudah dihancurkan.

Dalam pembangunan sarana air bersih tersebut, yang dimulai sejak 17 Juli lalu, DD bekerjasama dengan lembaga Jama'ah al-Khairiyah al-Ijtima'iyyah yang dipimpin DR Fuad al-Nahl. Selain fokus pada bidang pertanian, lembaga ini juga juga memiliki organisasi intermediator untuk program pendidikan, kesehatan, dan rehabilitasi korban serangan Israel.

"Begitu MoU-nya ditandatangani, maka pembangunan langsung dimulai.
Secara teknis pengerjaan itu mereka yang kelola, tetapi komunikasi untuk mengetahui perkembangan proyek kerjasama itu tetap berlangsung.
Diperkirakan, pada Ramadan ini, atau sebelum musim dingin ketiga sarana air bersih tersebut dapat beroperasi," kata Bambang.

Jika sumber air itu bisa dioperasikan dan bisa menyuburkan lahan
pertanian di sana, maka warga Gaza tidak perlu membeli sumber pangan
seperti sayur dan buah-buahan dari luar, baik dari Mesir apalagi Israel.
 
Hanya kebutuhan listrik yang sampai saat ini masih bergantung kepada
Mesir dan Israel, kata Bambang.

Rabu, 21 Juli 2010

Dompet Dhuafa Republika Tinggalkan Gaza

REPUBLIKA.CO.ID,RAFAH—-Tim relawan dan media dari Dompet Dhuafa Republika meninggalkan Gaza City, Palestina. Tim yang berjumlah empat orang akan bertolak kembali ke Jakarta pada Rabu (21/7) malam dari Kairo, Mesir.

Kepulangan tim dari Gaza City dilepas oleh sejumlah tokoh masyarakat, tokoh agama, dan mahasiswa di Rafah. Pimpinan Jam’iyyah Al-Khairiyyah Al-Ijtima’iyyah, Fouad Al Nahhal, mengucapkan terima kasih kepada tim atas kedatangan mereka ke Jalur Gaza.

“Kalian telah melihat langsung bagaimana kehidupan masyarakat sini setelah perang. Silahkan kabarkan kepada umat muslim Indonesia betapa kami ingin hidup merdeka, berdaulat layaknya negara-negara lain di dunia,” papar Fouad di Rafah, Palestina.

Fouad melanjutkan, saat ini serangan militer Israel memang sudah bisa dikatakan berhenti. Namun agresi militer negara Yahudi tersebut bisa kapan saja terjadi lagi tanpa masyarakat Gaza tahu penyebabnya. “Tentu saja ini membuat kehidupan kami merasa terus terteror.”

Abu Khudaifah, pemuka agama di Yubna, menambahkan, rakyat Palestina di Jalur Gaza tidak akan berhenti berjuang untuk mempertahankan tanah dan hidup mereka. Kendati jumlah penduduk Gaza hanya sekitar 1,7 juta jiwa, namun kekuatan yang dimiliki Gaza sejatinya jauh lebih besar dari angka kuantitaif tersebut. “Selama Allah, Muhammad, dan Alquran ada bersama kami, kekuatan kami sangatlah besar. Apalagi kalian saudara-saudara muslim kami ada berdiri di samping kami,” imbuh Abu Khudaifah.

Ketua Tim Dompet Dhuafa Republika, Bambang Suherman, tak henti-hentinya menegaskan jika kunjungan masyarakat muslim Indonesia tidak akan berhenti sampai di sini. “Kami akan terus berdoa, mengirimkan bantuan, dan mengutus perwakilan ke sini. Bukan saja dari Dompet Dhuafa, tapi dari seluruh masyarakat Indonesia,” papar Bambang.

Dikatakan, masyarakat Indonesia akan senantiasa berada dalam satu barisan rakyat Gaza dalam mewujudkan kemerdekaan negara yang diimpi-impikan. Masyarakat Indonesia akan terus memberikan sumbangsih bagi perjuangan rakyat Palestina agar mampu menyandang status negara merdeka di benderanya. “Insya Allah, dengan izin-Nya pulalah Palestina akan segera merdeka dan kita, Indonesia dan Palestina, akan terus bersaudara sampai akhir zaman,” ucap Bambang.

Setelah berdialog dan makan bersama para tokoh Jalur Gaza di Rafah, tim pun meninggalkan ‘tanah suci’ Palestina menuju perbatasan di Rafah.

Di gerbang batas antara Palestina dan Mesir, rasa haru menggelayuti semua orang yang ada. Abu Musaf, pria yang menyediakan tempat tinggal selama tim Dompet Dhuafa berada di Gaza, tampak tak kuasa menahan tetesan airmatanya. Sungguh sangat kontras dengan badannya yang gagah nan tinggi tegap. Abu Musaf satu persatu memeluk anggota tim Dompet Dhuafa, yaitu Bambang Suherman, Herman Budianto, Muhammad Fani Rahman, dan EH Ismail.

“Sungguh kalau bisa, saya senang jika kalian bisa berada di sini selamanya. Jika negara ini sudah merdeka, datanglah kalian kesini, rumah saya terbuka lebar untuk kalian semua muslim Indonesia,” tutur Abu Musaf.

Abu Musaf pun menambahkan, bila saja bisa, dirinya ingin berkunjung ke Indonesia dan menyapa semua muslim tanah air serta merangkulnya satu per satu. “Kalian muslim Indonesia sungguh telah membuat kami makin kuat, kuat, dan kuat untuk memperjuangkan Palestina Merdeka,” kata Abu Mushaf melepas tim.

Dompet Dhuafa telah berada di Gaza selama sepekan dalam rangkan menjalankan misi bantuan kemanusiaan berupa pembangunan instalasi air untuk perkebunan di Rafah dan Jabaliya. Nilai bantuan yang disalurkan mencapai Rp 1 miliar rupiah.

Selain Dompet Dhuafa, M Fani Rahman yang merupakan perwakilan dari Sahabat Al-Aqsha (Suara Hidayatullah) juga menyalurkan bantuan untuk pembangunan satu unit instalasi air di Jabaliya. Selain itu, Sahabat Al-Aqsha juga menyalurkan bantuan langsung untuk para korban perang Gaza, anak-anak yatim, dan para penghuni camp pengungsian di Rafah, Beit Hanon, Beit Lehiya, dan Jabaliya. Bantuan yang disalurkan Sahabat Al-Aqsha mencapai Rp 500 juta. (eh.ismail)

Selasa, 20 Juli 2010

Anak-Anak, Amunisi Permanen Intifadah


Namanya Ahmad, salah satu nama paling popular di wilayah Gaza. Wajahnya khas, wajah Palestina. Hidungnya yang tinggi membuat cekung matanya tampak tajam. Kulitnya putih. Perawakannya gempal. kalau diam, orang akan mengira dia anak yang lambat. Saya bertemu Ahmad di tepi pantai wilayah Khan Yunes, Salah satu wilayah teramai di Jalur Gaza sepanjang waktu. Saat itu, Ahmad dan sekitar 15 orang temannya sedang liburan sekolah musim panas. Mereka berseragam olah raga dan beberapa diantanya memegang bola sepak.

Awalnya mereka sungkan. Namun ketika saya memberi salam sembari tersenyum ramah, mereka malah merapat. Mungkin karena mereka jarang melihat orang asing, apalagi asing dan muslim. Sebentar saja kami langsung akrab. Salah seorang instruktur yang bersama mereka memperkenalkan saya kemudian.

Anak-anak ini bukan anak-anak sembarangan. Topi di kepalanya menjadi pembeda. Ia mengenakan topi berlogo mihrab al-Quds diselimuti slayer palestina dengan dua pedang menyilang di depannya. Di bagian bawah terdapat pita dengan tulisan berbahasa arab, harakatul muqowwamatul Islamiyah. Hamas. Dari sang instruktr saya mengetahui, bahwa mereka sedang dalam kegiataan summer camp. “Anak-anak adalah sosok dengan energi yang besar. Karena itu kami harus memastikan mereka memiliki cara yang tepat untuk menyalurkannya”, ujar Yusuf, salah satu instruktur summer camp.

Setelah cukup bersalam-salaman, Ahmad maju ke depan teman-temannya. Sebentar kemudian mengalun dari mulutnya nada-nada lagu. Saya tidak paham betul maksudnya, namun dari cerita instruktur yang ada, ternyata Ahmad sedang melantukan syair tentang kondisi mereka. “Tanah kami dirampok. Kebebasan kami direnggut. Tapi kami tidak bersedih. Justru mereka yang bersedih. Kami akan mengambilnya kembali. Hanya menunggu waktu saja. Dan kami akan mengalahkan mereka. Baik hidup maupun menjadi syuhada”. Serentak teman-teman Ahmad kompak berseru, “Birruh… biddam… nafdhika Yaa Aqso”, Dengan ruh… dengan darah… akan kubela engkau hai Aqso.


Mereka melantunkannya dengan lantang. Tangan mereka mengepal. Dada mereka membusung. Sikapnya sama seperti sikap pelajar Indonesia ketika menghormat bendera di upacara senin pagi. Dan setelah itu mereka bubar. Seperti Ahmad, mereka menghambur ke pantai. Meneruskan agenda mereka bermain bola.

Yusuf menjelaskan kepada saya bahwa ini salah satu kegiatan yang paling ditakuti oleh Yahudi. Anak-anak Palestina adalah anak-anak pejuang. Mereka dididik dalam lingkungan perang. Mereka melihat langsung orang tua mereka syahid. Mereka membanggakan Ayah dan Paman mereka yang menjadi martir perjuangan. Mereke menghibur Ibundanya yang menjanda. Dan dengan itu semua mereka secara sadar membentuk citra dirinya sebagai pejuang.

Di Gaza, anak-anak memiliki tempat yang terhormat. Tidak ada suara tinggi yang menghardik. Tidak ada tatapan meremehkan bagi mereka. Dan mereka bebas duduk di salah satu kursi dalam pertemuan para pemimpin. Sedikit pun, mereka tidak sungkan. Mereka dimuliakan. Salah seorang pasukan perlawanan Hamas, setiap kali bertemu dengan ponakannya, mereka saling melempar gurau dan kehangatan. Seolah mereka habis berpisah lama. Hal yang membuat saya terpesona.

Anak-anak di Gaza, bersahabat dengan perang. Mereka berlarian di antara runtuhan bangunan. Sembari membanggakan anggota keluarganya yang syahid di tempat itu. Mereka menendang bola kaki dilapangan, yang bangunannya masih membekas jejak-jejak semburan altileri berat. Dan mereka bersenda gurau di lubang lebar bekas terjangan roket. Anak-anak di Gaza adalah nafas perlawanan. Mereka dicintai dan disayangi. Dan mereka mencintai dan menyayangi. Saya meninggalkan mereka dengan wajah dua bidadari kecil yang menunggu di Jakarta. Rasanya saya masih kurang memuliakan mereka.

Bagaimana anak-anak ini sedemikian berharga bagi para pejuang di Gaza. Hal tersebut terjawab ketika saya mengunjungi mesjid “Ibadurrahaman”. Sekitar 300 anak, terpisah lelaki dan perempuan, duduk berkelompok sepuluh-sepuluh. Setiap kelompok ditemani satu guru. Mereka sedang menghafalkan Al-Qur’an. Dalam waktu dua bulan mereka dinyatakan lulus 30 juz. Subhanallah!

Selama libur musim panas. Mereka mulai kegiatan menghafal Al-Qur’an sejak setelah shalat Subuh. Sampai pukul 06 mereka menghafal ayat baru. Setelah itu sampai pukul 8 mereka menyetor hafalan. Setelah itu mereka istirahat sejam. Selanjutnya menghafal ayat baru sampai pukul 10.30. Kemudian di isi tafsir sampi menjelang Dhuhur. Dan kegiatan berakhir setelah shalat Dhuhur. Makanya tidak heran, jika Gaza berhasil melantik 3000 anak hafal Al-Qur’an dalam 3 bulan.

Inilah ruh perjuangan sekaligus pasukan permanen yang menakutkan. Mereka mengisi jiwa dan fikirannya dengan ayat-ayat Allah. Dan lingkungan memperkenalkan jihad kepada mereka dengan sederhana. Lalu mereka membentuk figur dan tokoh dari sosok dekat yang mereka banggakan. Seperti di Indonesia, jika kita bertanya kepada seorang anak tentang cita-citanya, kita akan dijawab, “menjadi dokter seperti Ayah”, bedanya anak-anak Gaza menjawab, “seperti Ayah, menjadi pasukan Al-Qossam dan syahid menghadap Allah”