Minggu, 02 Oktober 2011

School of Volunteer: Volunteerism Sebagai Gerakan Perubahan

28-07-2011 06:28:47
Jogjakarta- kerelawanan adalah persoalan motivasi dan kepedulian dalam aksi nyata karena integritas, kekuatan moral, dan rasa percaya diri bahwa dia mampu melakukan perubahan di masyarakat didalam persoalan kemanusiaan. Siapa saja bisa menjadi relawan, mahasiswa, masyarakat biasa, dokter, profesi apapun bisa jadi volunteer. Karena menjadi volunteer adalah panggilan hati.


Kerelawanan tidak hanya berbicara masalah uang atau materi saja. “ volunteer digerakkan oleh value dan berdasarkan pertimbangan hati nurani,” ujar Bambang Suherman General Manager Bidang Sosial dan Bencana Dompet Dhuafa ketika berbicara kepada peserta TENS (Temu Etos Nasional) dengan tema School Of Volunteerism pada Rabu (27/07) bertempat di University Club Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.
Menurut Bambang Suherman, Sebenarnya dengan menjadi relawan membuat kita mendapatkan pencerahan setiap saat, membuat kita lebih dewasa dari umur sebenarnya. Kita butuh tempat untuk mendapatkan pencerahan, tempat untuk perubahan, tempat untuk berkembang, dengan menjadi volunteer kita mendapatkan itu semua. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan menjadi volunteer. Perubahan di masyarakat akan terjadi jika ada orang yang mau menjadi relawan untuk merubahnya. Sehingga volunteer dapat menggerakkan semua komponen masyarakat untuk melakukan sebuah perubahan kearah yang lebih baik lagi untuk kehidupan masyarakat.

Masih menurut beliau, bahwa ada beberapa alasan mengapa seseorang tertarik menjadi relawan diantaranya karena ingin mencari pengalaman, memperbanyak teman, penyaluran hobby, jalan-jalan, penggilan hati, meningkatkan keterampilan tertentu dan prasyarat jenjang karir ” alasan mencari pengalaman adalah alasan yang paling primitif,”jelasnya. Apapun alasannya menjadi Volunteer adalah forum pencerahan yang paling luas.
Mahasiswa sebagai agent of change dapat menjadikan kerelawanan ini sebagai jalur kepemimpinan, menjadi relawan dapat membuat mereka lebih peka dan berempati sehingga akan melahirkan pribadi-pribadi yang berkarakter dan memiliki kompetensi. sehingga perubahan akan didapatkan, karena mahasiswa adalah pemuda harapan bangsa yang kelak akan menjadi pemimpin negeri ini.[rzm]

Jumat, 09 September 2011

Perluas Jaringan, Dompet Dhuafa Bertemu Direktur Islamic Relief Somalia


Nairobi (9/9) Sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran terhadap situasi sebenarnya di Somalia, Ketua Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa bersilaturahim dengan Country Director Islamic Relief Somalia, Dr. Iffthikar Mohamed. Pertemuan tersebut berlangsung di kantor Islamic Relief Somalia, di Nairobi. Dalam pertemuan tersebut Dr. Iffthikar menjelaskan tentang masalah kemiskinan di Somalia serta situasi lapangan di Ibu Kota, Mogadisu.

Berdasarkan penjelasan Dr. Iffthikar, permasalah Somalia adalah kompleks permasalahan kemanusiaan dan lemahnya hukum Negara. Somalia telah mengalami permasalah pemerintahan yang tidak stabil sejak 20 tahun lalu. Selain itu, secara periodik, setiap tahun terjadi bencana alam banjir dan siklus kekeringan. Hal tersebut semakin diperburuk oleh munculnya kelompok-kelompok bersenjata dan persaingan antar Klan.

Menanggapi kondisi tersebut Islamic Relief Somalia mengajak lebih banyak pihak untuk mau membantu dan peduli terhadap Somalia. “Kami berterima kasih atas kerelaan saudara-saudara di Indonesia yang meski jauh tetap peduli terhadap permasalahan Somalia”, Ujar beliau.

Menanggapi hal tersebut, Bambang Suherman selaku Ketua Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa menyatakan, bahwa mereka adalah perwakilan masyarakat Indonesia bersama beberapa lembaga lain,baik LSM maupun pemerintah, menerima amanah masyarakat Indonesia untuk mendukung permasalahan kelaparan di Somalia. “tidak tertutup kemungkinan ke depan, Dompet Dhuafa bisa menjalin kerjasama yang lebih strategis, semacam beasiswa pendidikan Perguruan Tinggi bagi pemuda-pemuda Somalia, serta peningkatan kapasitas pengetahuan masyarakat Somalia”, Ujar Bambang.

Pertemuan tersebut juga membahas kesiapan tim Dompet Dhuafa yang akan terbang ke Mogadisu Somalia. Direncakan, tim Dompet Dhuafa akan tiba di Mogadisu pada hari selasa, 13 September 2011. Selanjutnya Dompet Dhuafa akan melaksanakan program distribusi paket makanan bagi masyarakat di wilayah konsentrasi pengungsi terbesar di dunia tersebut, serta menjajaki potensi pembangunan sumber air bagi masyarakat Somalia. (BS)

Kamis, 11 Agustus 2011

Demi Bantu Bencana Somalia, Sumayya Warga Gaza Rela Jual Cincin Kawin

Eramuslim: Meski kondisi kehidupan di Gaza masih terbilang sangat memprihatinkan, namun semangat dan antusiasme warganya untuk membantu sesama saudara mereka di Somalia yang tengah terkena bencana kelaparan massal tampak tak surut.

Sumayya Ali, seorang warga Gaza yang baru saja menikah sekitar 4 bulan silam, meminta di hadapan suaminya untuk menghibahkan cincin kawin miliknya kepada sebuah badan amal sosial di Gaza untuk membantu masyarakat Somalia.

Suami Sumayya, Dr. Abdurrahman al-Haddad, pun segera menyambut baik permintaan Sumayya dengan wajah sumringah. Ia pun segera menghubungi "Ittihaad al-Athibbaa al-'Arab (Persatuan Dokter Arab)", badan yang menggerakan kampanye bantuan Somalia tersebut.

Al-Haddad, dokter asal Mesir yang bermukin di Gaza sebagai relawan sejak akhir tahun 2008 silam, mengatakan dengan suara tergetar, "Luka yang tengah mencabik warga Gaza, tidak lantas menjadikan mereka lupa akan kewajiban mereka terhadap sesama".

Kisah lain datang dari seorang anak kecil berumur sekitar sepuluh tahunan. Bocah itu menelpon kantor badan amal tersebut. "Saya punya 30 Shakel (sekitar 8 Dollar). Apakah cukup?"

Uang tersebut, aku si bocah, sebenarnya adalah tabungan pribadinya untuk membeli baju lebaran nanti.

Penderitaan yang menimpa rakyat Gaza, mulai dari isolasi dari segala arah, kondisi tegang pasca perang, langkanya bahan makanan, air bersih, BBM, dan listrik, tidak lantas menjadikan mereka tidak peduli dengan urusan sesama saudaranya.

Persatuan Dokter Arab (PDA) sendiri, yang memprakarsai kampanye untuk membantu penderitaan rakyat Somalia, menyerukan bagi para kalangan yang mampu di Gaza untuk menyumbangkan setidaknya 10 Dollar (sekitar 850 ribu).

Pasca seruan tersebut, kantor PDA dikejutkan dengan membanjir dan membludaknya jumlah angka sumbangan yang melebihi angka yang diperkirakan sebelumnya.

"Pada mulanya karena kondisi penderitaan di Gaza, kami pesimis tidak akan bisa mengumpulkan apa pun. Tapi ternyata yang terjadi di luar dugaan. Rakyat Gaza berbondong-bondong menyumbangkan sebagian harta milik mereka untuk membantu sesama saudara mereka di Gaza," kata al-Haddad yang juga pengurus di PDA.

Perlu dicatat jika saat ini di Gaza hidup sekitar 800 jiwa penduduk di bawah garis kemiskinan. Pengangguran di Gaza sendiri, yang total jumlah penduduknya sekitar 1,5 juta jiwa, mencapai angka lebih dari 45 persen. (jjs/sfr)- eramuslim.com