Senin, 02 September 2013

Mesir, Saudara Muda Indonesia


Saya berkeringat ditengah kota Cairo, di dalam sebuah Sedan produki Prancis dengan pengaturan AC dingin Maksimal, 4 level. Siang hari pertengahan juli sampai agustus adalah puncak musim panas di Mesir. Suhu berkisar 46 sampai 49 derajat Celcius. Jangan berfikir utk membuka jendela dan berharap angin bertiup menyejukkan. Bisa-bisa kulit wajah akan terkelupas terpapar suhu panas yang menyengat. Terik matahari, suhu panas, dan debu gurun, adalah kombinasi yang membuat setiap orang enggan berada di jalan-jalan Mesir siang hari. Pengalaman itu saya rasakan pada 2011 lalu. Saya yakin, bahwa iklim khas panas Mesir tidak akan berubah setiap tahun.

Periode yang sama di musim panas tahun ini, Mesir bergejolak. Saya membaca berita dan mendapatkan foto dan video aksi damai masyarakat menolak kudeta militer. Saat itu jelang ramadhan, dan itu bulan juli. Tubuh saya bergetar. Memori tentang suhu terik siang Mesir yang menyengat dan membakar muncul dibenak saya. Sulit bagi saya membayangkan jutaan manusia keluar dari apartement mereka yang berAC dan berkumpul ditempat terbuka, terpapar suhu panas iklim gurun. Namun kenyataan mereka berkumpul. Hal tersebut menyadarkan saya, tuntutan mereka pasti lebih besar nilainya dibanding panas gurun yang mereka hindari.

Mesir adalah jejak tua peradaban manusia. Dalam kitab suci agama samawi diberitakan, Mesir mencatat sejarah manusia-manusia rujukan kehidupan. Baik yang mewakili kesuksesan maupun yang mewakili kegagalan hakiki. Ada Nabi Allah Musa dan Harun radiallahu ‘anhuma, serta Fir’aun, Haman, dan Qorun musuh-musuh Allah. Kedua kelompok ini memiliki militansi yang sama kuatnya. Mereka berdiri, berhadap-hadapan dengan semua keyakinannya atas nilai. Dan kita belajar dari mereka kesudahannya. Hari ini, semua perkembangan Mesir hanyalah perulangan sejarah pertarungan tersebut. Lengkap dengan karakteristiknya ‘Penguasa Vs Rakyat’.

Mesir adalah lokasi sentral isu kemanusiaan. Dalam sejarahnya yang panjang, Mesir adalah negara penting dalam dinamika kemerdekaan Palestina dari penjajahan zionist. Lewat Mesir kita bisa mengakses gerbang Jalur Gaza, wilayah Palestina yang merdeka. Dari Mesir juga kontrol pergerakan isu kemanusiaan mengalir ke Jordania, mensasar wilayah tepi Barat dan Yerussalem. Maka ketika hari ini tragedi kemanusiaan justru terjadi di Mesir, dapat dipastikan mereka memiliki ketangguhan yang hebat. Puluhan tahun masyarakat Mesir mendidik diri mereka dalam kesiagaan membantu Palestina. Mereka sukses untuk itu. Apalagi jika mereka yang harus menolong jiwa dan kehormatan diri sendiri. Saya rasa masyarakat Mesir akan sangat tangguh menjalaninya.

Tragedi kemanusiaan di Mesir saat ini sangat luar biasa. Bukan saja korban yang ditimbulkan berdasarkan rentang waktu konflik yang berlangsung sangat besar, melainkan juga kebiadaban yang digunakan oleh pemerintah kudeta, pasukan militer Mesir. Bahkan dibandingkan tragedi kemanusiaan di Myanmar, Mesir masih jauh lebih berat. Apa penilaian kita untuk orang-orang yang menggunakan mesin perang menghadapi aksi damai masyarakat, Membidik setiap jurnalist media yang ada di lapangan, dan menciptakan teror dengan penyusupan ke kerumunan massa lalu membunuh jiwa yang menunutut hak demokrasinya. Hanya di Mesir terjadi pembakaran tempat ibadah, pembunuhan manusia, dan penyerangan terhadap rumah sakit serta pasien, semua hal yang dilindungi dalam semua konvensi kemanusiaam yang ditetapkan dunia internasional.

Saya bersyukur militer Indonesia pernah punya kesempatan yang sama dengan Mesir, namun tidak mewarisi genetis Fir’aun yang diwariskan ke para Penguasa dan tentara. Sehingga Indonesia tidak harus memikirkan bagaimana membilas sejarah darah manusia yang tumpah demi tegaknya sebuah entitas yang kita sebut negara. Apalagi membayangkan, bagaimana dari satu generasi mewariskan kisah tragis kepada generasi selanjutnya, agar setiap generasi baru memiliki kebanggaan kepada pemerintahnya yang barbar. Semoga Allah melindungi kita semua dari kemungkinan gugurnya jiwa anak bangsa atas alasan apapun.

Akhirnya saya ingin menyatakan bahwa saya menikmati masa-masa ketika saya di Mesir. Kita mungkin akan sangat sulit mendapatkan keramahan di lalulintas jalan rayanya. Tapi karakter dasar masyarakat mesir sebenarnya sangat ramah. Hati mereka mudah tersentuh kebenaran. Dan mereka sangat senang menolong orang lain. Jangan sungkan bertanya alamat jika ragu, sebab orang Mesir akan menghampiri anda dari duduk santai mereka, meletakkan koran yang dibacanya, atau menghentikan obrolan mereka, memastikan anda tidak tersesat, meskipun anda bertanya dari dalam mobil dengan mesin hidup dan kendaraan yang tidak menepi. Hal yang sangat tidak sopan menurut ukuran Indonesia

Selain itu, saya menikmati Mesir dengan sajian jus mangganya,Sebab sambil menyajikan minuman tersebut, pelayan Mesir—yang mengetahui saya dari Indonesia—akan menceritakan kisah bagaimana pertama kali mereka mendapatkan bibit mangga dari Indonesia. Mereka akan menyebutkan satu nama yang dikenal para tetua diseluruh pelosok negeri Mesir. Bahwa mereka saudara muda Soekarno, Saudara muda Indonesia. Makanya kita wajib membantu Mesir!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar